DETIKUTAMA.COM//Jakarta – Tanaman tembakau menjadi sektor pertanian yang memberi andil besar bagi peningkatan ekonomi Indonesia.
Hal tersebut terbukti melalui Cukai Hasil Tembakau (CHT) menyumbang hingga Rp 218,62 triliun untuk APBN Tahun 2022.
“Namun sayangnya besarnya CHT tersebut tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Kami banyak yang tidak sejahtera,” ujar Suyadi yang sehari-hari sebagai petani tembakau di Desa Legoksari, Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (22/9/2023).
Menurut Suyadi, contohnya saja dalam pemerataan distribusi pupuk subsidi, kalangan petani tembakau justru tidak memperolehnya.
Suyadi menjelaskan, penyebabnya adalah regulasi bahwa tanaman tembakau bukanlah kategori non-pangan sehingga tidak mendapatkan pupuk subsidi.
“Kenapa harus dibedakan? Ada petani yang dapat pupuk subsidi dan tidak. Padahal profesinya sesama petani. Di situlah bentuk ketidakadilannya,” ujar Suyadi.
Dengan begitu, Suyadi menambahkan, makin menambah beban ekonomi petani tembakau karena terpaksa membeli pupuk sesuai harga telah ditetapkan.
“Sudah saat ini harga beli tembakau dari petani amat rendah, ditambah lagi pengeluaran beli pupuk. Makin mempersulit kami sehingga tidak juga sejahtera,” ucap Suyadi.
Musholeh, petani tembakau lainnya dari Kecamatan Tembarak, Temanggung; mengungkapkan, dengan segala persoalan melilit mereka tetapi tidak ada keberpihakan dari negara menuntaskannya.
Ia mengatakan, petani tembakau tetap jadi korban mulai dari ditunggangi kepentingan politis hingga ditekannya serapan harga panen oleh pihak pembeli.
“Misalnya saja carut marut perniagaannya. Pihak yang membeli hasil panen tembakau dengan potongan harga tinggi per kilogramnya. Sedangkan mata rantai perniagaannya panjang, berapa banyak jumlah penghasilan yang dikurangi dari setiap lapisan di atasnya,” papar Musholeh.
Terkait persoalan petani tembakau yang ada, Musholeh melanjutkan, hingga sekarang masih tidak ada pihak pemangku kebijakan yang berani bersikap tegas menyelesaikannya.
“Termasuk para calon Presiden (Capres) yang muncul saat ini hanya tebar pesona saja tetapi belum ada pemikiran bagus upaya merealisasikan penyelesaian masalah pertembakauan,” imbuh Musholeh.
Musholeh menuturkan, para Capres hanya menjual janji politik namun belum dirasa menyentuh langsung ke akar problematika dihadapi petani tembakau.(*)