DETIKUTAMA.COM//JAKARTA – Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menepis anggapan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan dinasti politik. Djarot menekankan kader PDIP tak bisa melakukan dinasti politik karena berada dalam satu partai.
“Dinasti politik itu kalau seseorang itu masuk proses politik dan itu dibagi disebar ke banyak partai, PDI-Perjuangan tidak seperti itu, dalam satu keluarga itu, harus satu partai,” kata Djarot kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/7/2023).
Djarot beranggapan dinasti politik itu jika antar anggota keluarga berada di partai yang berbeda. “Dinasti politik itu apabila ada seseorang satu di partai A, lainnya d partai B saudaranya di partai C membentuk satu dinasti, PDIP tidak,” lanjutnya.
Djarot mengatakan siapapun yang masuk PDIP harus melewati proses kaderisasi. Meskipun sumber utama kader PDIP yakni adanya ikatan keluarga.
“Kedua, siapapun yang masuk di PDI-Perjuangan itu terbuka tetapi melalui proses, proses pendidikan politik, proses kaderisasi, siapapun juga ya. Karena kita tahu bahwa, sumber utama kader partai itu dari keluarga, baru dari lingkungan masyarakat, baru dari hubungan historis,” katanya.
Djarot mengatakan dirinya tak melihat keluarga Jokowi melakukan dinasti politik. Dia menegaskan anak dan menantu Jokowi yakni Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution jadi kepala daerah lewat kaderisasi.
“Saya tidak melihat itu, Mas Bobby, Mas Gibran itu melalui proses, tidak ujug-ujug kan gitu,” ungkapnya.
“Sama seperti Mba Puan, Mba Puan itu sejak SMA sudah ikut. Apa tidak boleh? Boleh dong, apa ini hanya terjadi di Indonesia? Tidak. Di Amerika terjadi, dimana-mana di Singapura,” lanjut dia.
Sebelumnya, anggapan Jokowi lakukan dinasti politik itu muncul dari politikus senior PDIP Panda Nababan. Dia awalnya menyebut Gibran belum pantas jika ujug-ujug maju pilpres.
“Gibran anak ingusan kok, gimana? Nanti anak itu besar kepala, masih belajar dulu lah,” kata Panda di diskusi Adu Perspektif detikcom dan Total Politik, Senin (26/6/2023).
Panda menyebut Gibran memerlukan waktu yang panjang di dunia politik. Dia ingin menghindari adanya isu dinasti politik.
“Dia butuh proses seperti bapaknya, panjang. Nggak langsung ujug-ujug kayak gitu, kayak dinasti aja,” katanya.(***)